Mengungkap Kehidupan Muslim Britania Raya

Luqman Aji Kusumo memberikan cindera mata kepada Endarko Ph. D. selaku pembicara acara Kuantum sesi Kehidupan Muslim Britania Raya
          Kamis (10/12) telah dilaksanakan Kajian untuk Umum (Kuantum) Fosif ITS yang bertempat di J-108. Kajian kali ini bercerita bagaimana kondisi dan kehidupan muslim di negeri Ratu Elizabeth tersebut. Pada sesi ini, materi yang disampaikan oleh Endarko Ph. D. yang sebelumnya sudah pernah berkuliah di Glasgow yang merupakan salah satu kota yang berada di Inggris.
         Pada awal sesi, pembicara menceritakan dugaannya sebelum berkuliah disana. Beliau sangat mengkhawatirkan bila sudah di sana tidak dapat menjaga ruhiyah-nya. Belum isteri dan anaknya yang harus ikut menetap di sana. Namun ketika tiba di sana, beliau tidak menyangka bila umat muslim di sana cukup banyak. Keramahan pun tidak hanya dari kalangan muslim di sana, termasuk warga non-islam di sana. Menurutnya, orang inggris hampir tidak ada bedanya dengan orang Jawa.
          Ada berbagai keunikan lain sisi islam maupun muslim yang berada di sana. Menurut sensus, jumlah muslim di sana sekitar 4,6% dari total penduduk Inggris sehingga terdapat 2,8 juta orang di sana. Sebuah kawasan seperti di Bulford sudah terciptanya kota santri di negara tersebut. Dari 2 tahun terakhir, sudah ada adzan di sana tapi sifatnya masih privasi. Adzan tersebut  diselenggarakan di beberapa stasiun televisi terkenal seperti BBC. Namun ada pula di masjid jami' di sana. Di Glasgow sekarang telah berdiri masjid besar sebanyak 9 masjid dan salah satunya menjadi masjid pusat di sana. Ketika dilaksanakan bulan puasa dan kajian, kebanyakan berasal dari donasi dan penggalangan dana secara mandiri.
         Hal yang terkesan baginya di negara tersebut adalah bagaimana cara mengatur jadwal shalat. Sebab jadwal shalat di Inggris sangat berbeda dengan Indonesia yang disebabkan letak geografisnya. Semisal pada Ramadlan 1436 atau tepatnya Juni 2015, shalat Isya diselenggarakan sekitar jam 10. Sedangkan shalat Subuh sudah berkumandang sekitar jam 1 malam. Untuk melaksanakan puasa pun memiliki waktu yang sangat panjang dibandingkan puasa di Indonesia. Jadwal shalat yang paling terasa lebih ringan menurutnya dan beberapa orang di Inggris adalah ketika bulan Desember. Sebab jadwal shalat pada bulan itu lebih memudahkan jadwal sehari-hari kita.
        Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu di waspadai ketika berada di sana adalah ketika berjalan di malam hari. Beberapa orang mengalami efek samping dari minuman alkohol sehingga memberi dampak terhadap keburukan sifatnya seperti tidak dapat berjalan dengan benar, berbicara tidak senonoh, bahkan sampai mengganggu tetangga orang di keesokan harinya bila sudah mabuk berat. Ada pula yang diangkut orang sampai naik bis karena sampai tidak bisa berjalannya. Sementara untuk menghangatkan tubuh, di sana sudah terdapat penghangat.
          Selain dari pada masalah alkohol, yang harus sering kita cek adalah dalam hal memilih produk. Sebab kita harus mengetahui kehalalan suatu produk baik makanan, kosmetik, sepatu, dan segala aspek lainnya. Di negara tersebut sudah tersedia banyak restoran yang menyediakan makanan halal. Selain itu sudah tersedia produk yang memiliki sertifikasi halal di sana. Menurut beliau, kebanyakan orang di sana lebih jujur dalam masalah halal walaupun mereka adalah non-islam. Dibandingkan di negeri kita sendiri yang banyak menyembunyikan kandungan yang haram walaupun sedikit karena takut bangkrut. Pada akhir sesi, beliau menyampaikan pesan agar kita harus menjaga kewasapadaan kita dalam hal memilih produk yang halal.